JAKARTA – 10 Agustus 1977 menjadi awal yang bersejarah bagi Pasar Modal Indonesia. Setelah diaktifkan kembali oleh Pemerintah Republik Indonesia 41 tahun silam, Pasar Modal Indonesia mulai berkarya dalam menghadapi tantangan di era ekonomi digital saat ini. Dalam memperingati 41 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, tema yang diusung, yaitu “Menuju Pasar Modal Modern di Era Ekonomi Digital”. Perayaan Hari Ulang Tahun Pasar Modal ke-41 pada hari ini, Jumat (10/8), ditandai dengan Pembukaan Perdagangan Bursa oleh Ketua Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan, Self-Regulatory Organization (SRO), dan pelaku pasar modal lainnya. Acara dilanjutkan dengan Laporan Rangkaian Kegiatan Hari Ulang Tahun Pasar Modal ke-41 dan Konferensi Pers di Main Hall, Bursa Efek Indonesia.
Perkembangan teknologi terkini yang kian pesat, memicu pertumbuhan Pasar Modal Indonesia agar dapat mendukung kebutuhan pasar yang ada. Sebagai salah satu pilar pendukung perekonomian nasional, SRO turut berpartisipasi dalam menyokong infrastruktur di bidang digital dan teknologi melalui perkembangan dan pemutakhiran sistem di sepanjang 2018. Masing-masing SRO telah menerapkan generasi terbaru sistem utama masing-masing yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan JATS Next-G, Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dengan Enhancement Architecture e-CLEARS (EAE) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan The Central Depository and Book Entry Settlement System Next Generation (C-BEST Next-G). Penerapan teknologi tersebut dapat menjadi nilai tambah yang positif dalam peran ekonomi digital yang dijadikan prioritas Pemerintah RI.
Melalui koordinasi dan pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BEI bersama dengan KPEI dan KSEI, Pasar Modal Indonesia diharapkan akan semakin efisien dari sisi sistem penunjang perdagangan efek yang terkini. Ke depannya, Pasar Modal Indonesia juga akan menjawab tantangan di era ekonomi digital saat ini dengan mengembangkan produk pasar modal yang lebih modern, semakin matang untuk bersaing baik dalam segi literasi Pasar Modal, menciptakan produk yang inovatif dan berkembang, maupun dalam menjalin kerja sama antar pemangku kepentingan (stakeholders), serta menerapkan tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
Dari sisi nilai kapitalisasi, Pasar Modal Indonesia telah tumbuh sebanyak 2.52 juta kali, yakni pada tahun 1977 nilai kapitalisasi Pasar Modal Indonesia sebesar Rp2,73 miliar dan per 8 Agustus 2018, telah mencapai Rp6.870,7 triliun. Sementara itu, pada periode yang sama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah tumbuh 6.119% dari 98 poin pada tahun 1977 menjadi 6.094.83 pada 8 Agustus 2018.
Serangkaian kegiatan disusun dalam memperingati HUT Pasar Modal ke-41 bertujuan untuk meningkatkan awareness dan mengenang kembali tonggak sejarah diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia, menjadi sarana untuk mengkomunikasikan pencapaian dan peranan penting Pasar Modal Indonesia dalam perekonomian nasional, serta menjalin hubungan baik antar sesama pelaku pasar modal, media, dan masyarakat pada umumnya.
Beberapa kegiatan yang akan diselenggarakan diawali dengan Pembukaan Perdagangan dan Konferensi Pers, Turnamen Olahraga (internal OJK dan SRO), Kompetisi Nasional Pasar Modal (antar mahasiswa/pelajar), Donor Darah, Bantuan Pendidikan ke sekolah-sekolah di 28 provinsi di Indonesia, serta penyerahan bantuan kepada para korban bencana di Lombok, Nusa Tenggara Barat yang dilanda gempa bumi pada Minggu (5/8) yang lalu. Selain itu, akan diadakan Capital Market Fun Walk and Run yang akan diikuti kurang lebih 2.000 peserta dari OJK, SRO, Anak Perusahaan SRO, Asosiasi Pasar Modal, Perusahaan Efek, Bank Kustodian, dan pelaku pasar lainnya, Investor Summit 2018 di 8 kota besar di Indonesia, Ajang Pencarian Bakat, Media Gathering, serta Kompetisi Penulisan dan Fotografi Jurnalistik untuk wartawan pasar modal, dan sebagainya.
Pencapaian SRO
Bursa Efek Indonesia
Sampai dengan pertengahan tahun 2018, BEI terus mencatatkan pencapaian-pencapaian melampaui tahun-tahun sebelumnya. Fund raising dari 31 pencatatan saham baru hingga 7 Agustus 2018 telah mencapai Rp12 triliun, melebihi total pencapaian pada tahun 2017. Frekuensi perdagangan saham harian terus meningkat mencapai 392 ribu kali dan merupakan yang tertinggi di ASEAN. Hal ini didukung dengan aktivitas investor yang juga mencapai nilai tertinggi hingga 43 ribu investor per hari. Dan, dalam mewujudkan penyelenggaraan perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien, BEI telah sukses melakukan upgrade sistem perdagangan dan meningkatkan kapasitas perdagangan hingga 2 kali lipat atau 15 juta order dan 7.5 juta transaksi per hari. Selain itu, availability sistem perdagangan juga meningkat menjadi 99.982% yang didukung oleh data center level tier-3.
Kliring Penjaminan Efek Indonesia
Untuk meningkatkan kualitas layanan kepada para pengguna jasa, KPEI telah meluncurkan sistem e-CLEARS baru, yaitu Enhancement Architecture e-CLEARS (EAE). Pengembangan sistem EAE dilakukan untuk memperbaharui sistem utama KPEI dalam menjalankan proses kliring, sebagai bagian dari pengembangan infrastruktur Pasar Modal. Dengan EAE, sistem mampu mengakomodasi kapasitas data trade sampai dengan 2,5 juta kali transaksi atau 5 kali lebih besar, dan kapasitas settlement sampai dengan 1,25 juta instruksi atau 8 kali lebih tinggi dari sistem sebelumnya. Di samping itu, pengembangan EAE dilakukan untuk mengantisipasi perluasan jenis pelayanan penyelesaian di luar transaksi bursa, seperti bilateral dan Over the Counter (OTC), serta perluasan jenis partisipan, antara lain Bank Kustodian sebagai General Clearing Member, bank dan lembaga jasa keuangan lainnya. Selanjutnya, KPEI akan menerima pengalihan fungsi penyelesaian (settlement) transaksi bursa dari PT Citigroup Sekuritas Indonesia kepada Citibank Indonesia Securities Services sebagai account operator pertama di Indonesia terhitung sejak 20 Agustus 2018.
Kustodian Sentral Efek Indonesia
Jumlah investor di Pasar Modal Indonesia yang mengacu pada jumlah Single Investor Identification (SID) yang tercatat di KSEI terus mengalami peningkatan. Saat ini, jumlah SID meningkat 33,59% dari 1.025.414 (per Juli 2017) menjadi 1.369.810 (per Juli 2018). Selama periode 10 Agustus 2017 - 10 Agustus 2018, beberapa pencapaian telah berhasil diraih KSEI untuk pendukung perkembangan pasar modal. Pada 9 Juli 2018, KSEI telah mengimplementasikan sistem utama C-BEST Next-G. Pengembangan C-BEST Next-G menghadirkan performa yang lebih tinggi dan lebih terintegrasi dengan aplikasi pendukung lainnya. Sistem C-BEST lama mengakomodir hingga 3.000 penyelesaian transaksi Efek per menit, sedangkan pada C-BEST Next-G pemrosesan penyediaan transaksi ditingkatkan lebih dari 6 kali lipat kapasitas sebelumnya atau sekitar 20.000 penyelesaian transaksi per menit.
Sebagai langkah awal pengembangan e-Proxy dan e-Voting platform, pada 28 September 2017, KSEI secara resmi menunjuk Central Securities Depository (CSD) of Turkey, Merkezi Kayit Kurulusu (MKK) sebagai pengembangplatform tersebut. Platform ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dan menjadi solusi bagi investor untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham di waktu yang bersamaan, tetapi di lokasi yang berbeda tanpa perlu hadir secara fisik. Selain itu, pada 5 September 2017, KSEI meresmikan kewajiban penggunaan layanan Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu (S-INVEST) untuk Transaksi Aset Dasar. Hal ini merupakan tahap lanjutan atas kewajiban penggunaan modul Order Routing S-INVEST untuk Transaksi Produk Investasi. Di penghujung tahun 2017, Bank Indonesia (BI) secara resmi menunjuk KSEI sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Sertifikat Deposito di Pasar Uang. Melalui kerjasama ini, KSEI akan menerbitkan nomor SID untuk pemilik Sertifikat Deposito di Pasar Uang, sehingga kepemilikan atas instrumen tersebut dapat diketahui. Pengembangan infrastruktur lain yang tengah dilakukan KSEI antara lainpengembangan fasilitas AKSes Next-G dan penerapan Full Central Bank Money.