SAMBUNG Rasa Nasional yang digagas Asosiasi Kerajaan dan Keraton se-Indonesia (AKKI) dibuka langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Bengkulu, Dr. H. Rohidin Mersyah pada Sabtu, 31 Maret 2018 bertempat di Gedung diklat Danau Mas Harun Bastari (DMHB) Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Sambung rasa yang dihadiri 27 raja, ratu, sultan dan pemangku adat nusantara itu mengusung tema diskusi ‘’Kemuliaan Desa dan Makrifat Adat Nusantara dalam Menyonsong Indonesia Sebagai Pusat Kemakmuran Dunia’’.
Para raja, ratu, sultan dan Plt. Gubernur Bengkulu disambut secara adat dengan tarian khas suku rejang, yakni tarian Kejei.
Dibuka oleh Gubernur, acara Sambung Rasa Nasional dilanjutkan dengan penandatanganan Deklarasi 31 Maret sebagai ‘’Hari Kemakmuran Dunia’’. Disusul dengan khotbah agung para raja, ratu, sultan dan pemangku adat. Serta dialog tentang ‘’Persepektif Pembangunan dan Undang-undang’’ yang disampaikan anggota DPR-RI, Nanang Samudra dan anggota DPD-RI, Eni Khairani.
Setelah itu, dilanjutkan dengan pidato kebudayaan yang disampaikan Presiden Perdamaian Dunia 202 Negara, Dr. Djuyoto Suntani dan Diskusi Panel Perumusan Skenario Indonesia Masa Depan.
Sambung rasa nasional ini dihadiri 30 lebih perwakilan raja, ratu dan sltan. Diantaranya Presiden Perdamaian Dunia Djuyoto Suntani Shri Lalu Gde Pharma Eknas AKKI/Paradhya Lombok VIII, Sri Sultan Suryo Alam dari Demak, Kandjeng Rhesi Herbayu Yogyakarta, Raja Laiwoi Kendari, Raja Mekongga Sulawesi Utara dan Sultan Sepuh XIV yang diwakili Sekjend Fskn Bunda Yani Wage Sulistiowati.
Ditambah perwakilan Kerajaan Sihondop Tapanuli Selatan, Ambo Dalle Raja Sidrap Sulawesi Selatan, Gom Simorangkir pemangku adat Batak, Pangeran Haqadirauf Bangsawan Muda Indonesia, Kanjeng Raden Subandrio dari Kerajaan Majapahit, M. Herlansyah SH, MM dari Bermani Jurukalang Kerajaan Renah Sekelawi Mangku Rajo Kabupaten Lebong dan Azwar S. Kamidan Singajaya II Kerajaan Muara Bangkahulu Benteng.
‘’Saya mengapresiasi untuk Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong dan Bupati Rejang Lebong yang telah memfasilitasi kegiatan ini. Apalagi yang hadir disini adalah raja dan ratu serta sultan dari seluruh nusantara. Saya berharap Sambung Rasa Nasional ini bisa bermanfaat bagi kemajuan daerah, khususnya Kabupaten Rejang Lebong dan umunya Provinsi Bengkulu serta secara luas untuk kemajuan Bangsa Indonesia,’’ kata Rohidin.
Rohidin berharap pertemuan ini dapat menghasilkan gagasan riil yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Serta terbitnya ide inovasi pembangunan desa yang mampu mewujudkan pemerataan pembangunan. Menurutnya, masyarakat desa merupakan salah satu sasaran pembangunan dan pemerintahannya mempunyai kewenangan melakukan inovasi pembangunan.
“Jika persoaalan di desa-desa bisa terselesaikan, hampir bisa dikatakan selesai juga pesoalan di daerah. Maka, semangat nawacita membangun Indonesia dari pinggiran ini hendaknya mampu mengubah perspektif pembangunan, kemudian diimplementasikan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional,” papar Rohidin.
Inovasi pembangunannya pun, lanjut Rohidin, perlu disesuaikan dengan karateristik budaya dan adat masyarakat lokal. Tujuannya, pemanfaatan potensi dan proses pembangunan tak bertentangan dengan kearifan lokal ataupun menghilangkan budaya dan adat yang telah ada. Budaya dan adat juga merupakan potensi suatu daerah atau pun desa, yang perlu dijaga kelestariannya.
Bupati Rejang Lebong, Dr (HC). HA. Hijazi, SH, M.Si yang bergelar Aryo Rajo Pasak Bumei menjelaskan, ada 3 hal penting yang diusung dalam kegiatan Sambung Rasa Nasional. Yakni, tentang UU Desa, UU Adat dan perumusan skenario Indonesia masa Depan.
‘’Jadi Deklarasi Hari Kemakmuran Dunia yang sudah kita lakukan tadi (kemarin, red) menjadi salah satu wujud yang dihasilkan dari kegiatan Sambung Rasa Nasional di Kabupaten Rejang Lebong ini,’’ kata Hijazi.
Hasilnya nanti, tutur Hijazi akan diserahkan kepada anggota DPR-RI dan DPD-RI yang ikut hadir untuk dibawa ke pusat. Agar bisa dituangkan dalam UU, baik itu UU desa maupun UU Adat.
‘’Mengapa tema yang diangkat mengenai desa, ini sesuai dengan intruksi presiden Jokowi membangun dari pinggiran atau pedesaan. Makanya di Rejang Lebong pembangunan kita mulai dari wilayah desa. Dengan tidak mengenyampingkan apalagi menghilangkan budaya dan nuansa adat istiadat dalam proses pembangunannya,’’ ujarnya.
Selain itu, tambah Hijazi, kegiatan Sambung Rasa yang dilaksanakan di Rejang Lebong juga dalam rangka promosi daerah serta menjalin kerjasama diberbagai bidang. Bidang ekonomi, kebudayaan, pariwisata dan bisnis serta bidang sektor lainnya untuk jangka panjang.
Sementara itu, Eksekutif Nasional (eknas) AKKI Shri Gde Pharma menyampaikan, motivasi digelarnya kegiatan Sambung Rasa Nasional tidak lain karena munculnya kegelisahan terkait kondisi masyarakat desa. Padahal ada potensi baik di Indonesia dengan sudah adanya UU tentang Desa.
‘’Kita menginginkan saat ini dari UU desa tersebut bisa lebih dalam lagi menggali potensi. Bukan hanya soal anggaran, melainkan adanya nilai-nilai kebudayaan dan adat istiadat yang harus dilestarikan,’’ terang Gde.
Diharapkan, tambah Gde, Sambung Rasa Nasional yang dilaksanakan di Kabupaten RL bisa memunculkan rumusan tentang Perpres terhadap UU Desa, munculnya naskah akademik tentang UU adat dan adanya skenario indonesia masa depan.
‘’Kalau soal deklarasi yang kita buat hari ini, 31 Maret sebagai ‘Hari Kemakmuran Dunia’, tidak lain sebagai patok semangat. Dengan skenario ‘Hari Kemakmuran Dunia’ juga sebagai pengingat bahwa setiap tahun harus ada perubahan yang kita perbuat,’’ demikian Gde.[ADV]